A K S A R A (Y A)

 


AKSARA(YA)




        Laki-laki dengan setelan formalnya itu mulai meluncurkan ponsel untuk masuk ke salah satu sosial media niatnya menstalking seseorang, dengan lincah jarinya menari-nari di atas keyboard untuk mengetik berbagai username namun tak berhasil menemukan akun yang ingin ia cari. Tangannya bergusar kesal karena hal ini. Namun dengan terkejutnya ada tangan yang menepuk punggungnya dari belakang.

"mau cari ig gue?" tanya seseorang yang menepuknya, aksa membalikan tubuhnya dan bibirnya langsung terkatup meliat sosok yang kini ada dibelakangnya.

        Gadis itu tekekeh sambil tersenyum jahil, lalu dengan gesiat ponsel aksa sudah beralih tangan. "gue ga ada ig, nah ini nomor gue. Barangkali mau kasih gue tugas tambahan karena orang yang paling telat dateng ke kelas." ucapnya lalu kembali menyerahkan ponsel itu kepada pemilik aslinya lalu beranjak untuk kembali berjalan. 

        Dengan kesadaran yang mulai kembali, aksa tersenyum lebar lalu berteriak ke arah gadis itu. "thanks alisha." benar! gadis yang memberikan nomor telepon dengan tanpa pertimbangan itu adalah alisha aksaraya, entah apa maksudnya ia saja pun tidak tahu. Empuh yang memiliki ponsel tadi pun hanya mengepalkan tangan sambil berkata yes!

        "yaelah seneng bener lo bro. Dapet dooprize apaan?" ucap laki-laki bertubuh tegap, 11 12 dengan aksa, siapa lagi kalau bukan Nagendra Bhadradiksa sahabat dekat aksara, laki-laki yang memiliki lesung pipi ini megambil jurusan ilmu komunikasi yang tentunya berbeda dengan aksa namun kedua sejoli ini bersahabat dari mereka kecil.

"ini lebih wah dari pada hadiah apapun gen." ucap aksa dengan senyum yang belum pudar dari bibirnya.

"emang apaan dah sampe bikin lu senyum gini?" tanya nya.

"gue dapet nomor bidadari."jawab aksa lalu mendapat tatap heran dari nagen.

"emang bidadari beneran bisa turun ke bumi? tanda-tanda kiamat gak si ini" ucap nagen dengan polosnya.

"udalah ngomong sama orang goblok susah." ucap aksa denga kesal sambil berjalan lebih dahulu untuk menuju ke parkiran. "asu!" jawab nagen dengan bahasa toxic jawanya.

        Disebrang sana terdapat alisha yang masih menikmati gorengan dengan es capcin yamg terdapat dikedua tangannya. Melihat bubarnya anak sekolah yang memang dekat dengan kampusnya, sesekali senyumnya merekah mengingat kejadian tadi. Lalu ia kembali menyadarkan diri dari bunga yang sementara membahagiakan itu. Ini bukan soal percaya akan cinta tetapi rasanya untuk dekat dengan seorang aksara itu ga mungkin.

"sadar ca, lu tertarik sama dia sekarang karena ekspetasi lo aja. Yakali ntr dia sesuai dengan apa yang ada di otak lu sekarang." ucapnya sambil terus memakan gorengannya.

        Kakinya mulai beranjak untuk berjalan untuk menghampiri kendaraan favoritnya yang tak lain angkutan umum. Berjalan di trotoar dengan pohon rimbun itu sangat menyenangkan, kalau kata alisha itu salah satu teknik olahraga yang efektif dan gratis. Santainya ia berjalan tanpa sadar seseorang pun menghampirinya. "alisha?!" panggil orang tersebut. Alisha berbalik dan badan nya menegang.

"udah lama ya ga ketemu kamu." ucapnya yang masih duduk di motor scopy itu. jantung alisha mulai bergetar dengan tidak karuan, rasa cemas meliputinya dan keringat dingin ditangan nya pun keluar.

"iya dan ga ekspetasi untuk ketemu di jalan begini." alisha menjawabnya dengan setenang mungkin.

        "kamu baru pulang kuliah? sini bareng aku anterin pulang." tawaran laki-laki itu langsung mendapatkan gelengan dari alisha. " ga usah. Gue balik sendiri, yaudah duluan." balas alisha dengan bergegas jalan dengan cepat. Laki-laki itu hanya mengulas senyum penuh arti sambil menatap postur tubuh alisha dari belakang.

"you still look sexy babe."  gumamnya dengan sangat pelan.

        Meremas tanganya sambil terus berjalan dengan cepat, hanya itu yang bisa dilakukan oleh alisha. Puing-puing ingatan itu kembali menekan pikirannya. Berkali-kali ia tepis dengan air mata yang menetes satu per satu. "ca gaboleh nangis, lo kan kuat." ucap alisha untuk menyakinkan dirinya kembali.

        Nafas lega terhembus ketika alisha sudah berhasil mendudukan dirinya di angkutan umum itu, air matanya masih terus menetes namun harus tetap ia menghapusnya agar tak seorangpun yang tahu. Hanya dirinya dan cukup untuk dirinya. Menempuh perjalanan 40 menit karena keadaan pulang sore bersamaan dengan banyaknya orang pulang kerja sehingga jalanan raya begitu sangat macet, belum lagi hujan yang mulai turun.

        Alisha mengeluarkan payung kecilnya dan membuka tepat saat ia turun dari angkot itu, berjalan santai di gang rumahnya, sambil terus menetralkan rasa cemasnya itu. Membuka pintu rumah yang sepi membuat alisha tersenyum getir tapi tinggal sendirian adalah pilihan yang terbaik. Melangkah pergi ke kamarnya lalu menjatuhkan tubuh ke ranjang sambil memejamkan mata, tak henti air matanya terus menetes dan ia terlelap dengan fikiran semunya.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

P R O L O G